Abdurrahman bin Auf adalah
salah satu sahabat Rasul yang dijamin masuk surga. Ia masuk Islam
setelah Abu Bakar as Shiddiq. Setelah 13 tahun dakwah di Makkah,
Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk pindah ke Madinah. Abdurrahman
menjadi salah satu Muslim ikut berhijrah.
Berbeda
dengan dakwah di Makkah yang cukup sulit, di Madinah Nabi Muhammad SAW
disambut sangat baik. Begitu juga dengan Abdurrahman bin Auf. Orang yang
berpindah dari Makkah ke Madinah disebut kaum Muhajirin. Sementara,
kaum yang menyambut orang-orang yang berhijrah ini disebut kaun Ansar.
Nah, Abdurrahman bin
Auf disambut sangat baik oleh seseorang yang
bernama Sa’ad bin Rabi Al-Anshory.
“Hai teman, aku
termasuk orang kaya. Kamu mau apa? Aku punya dua kebun, dua pembantu.
Pilih saja mana yang kamu suka,” begitu kata Sa’ad bin Rabi Al-Anshory
kepada Abdurrahman bin Auf.
Wah, rupa-rupanya
Abdurrahman tak mau memanfaatkan kebaikan Sa’ad bin Rabi Al-Anshory.
Abdurrahman menolak tawaran itu dengan halus. “Saya hanya minta
tunjukkan di mana pasar,” kata Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman
bin Auf merupakan orang yang pintar berjual beli. Kehidupannya
berkecukupan. Ia lalu menikah. Begitu banyak berkah yang diberikan Allah
kepada Abdurrahman bin Auf. Ia dijuluki ‘sahabar bertangan emas’. Ia
menjadi sahabat yang paling kaya.
Ia juga orang
yang sangat setia kepada Rasulullah SAW. Ketika ada panggilan perang,
Abdurrahman bin Auf selalu datang. Mulai dari perang Badar, perang Uhud.
Pengorbaannya sangat besar terutama untuk urusan harta.
“Ya
Rasulullah, saya punya uang 4.000 dinar. Yang 2.000 saya sedekahkan di
jalan Allah, sisanya untuk keluargaku,” kata Abdurrahman.
Kedermawanan
Abdurrahman bin Auf sangat terasa ketika perang Tabuk. Perang Tabuk
adalah perang yang sulit. Ketika menghadapi pasukan Romawi, pasukan
Islam membutuhkan banyak dana. Nah, saat itu Abdurrahman bin Auf
mengorbankan seluruh hartanya untuk perang. Ia sama sekali tidak
meninggalkan untuk belanja keluarganya.
“Mereka
saya tinggali sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan
Allah,” kata Abdurrahman. Rasul pun mendoakan keberkahan bagi keluarga
Abdurrahman bin Auf.
Ketika perang Tabuk, Allah
memberinya kemuliaan yang belum pernah dirasakan oleh siapapun. Saat
tiba waktu shalat, Rasulullah SAW terlambat datang. Abdurrahman
menggantikan sebagai imam.
Ketika shalat
hampir selesai, Rasulullah SAW baru datang dan menjadi makmum
Abdurrahman bin Auf. Sungguh, Abdurrahman adalah sahabat yang mulia.