Pada
puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan
suatu tugas yang amat berbahaya. Beliau mengutus Hudzaifah ke jantung
pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
"Ada
beberapa peristiwa yang dialami musuh. Pergilah engkau ke sana dengan
sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti. Dan laporkan
kepadaku segera!" perintah beliau.
Hudzaifah pun bangun dan berangkat dengan ketakutan dan menahan dingin yang sangat menusuk.
Tatkala
ia memalingkan diri dari Rasulullah, beliau memanggilnya dan berkata,
"Hai Hudzaifah, sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan
mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali kepadaku!"
"Saya siap, ya Rasulullah," jawab Hudzaifah.
Hudzaifah
pun pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam
kegelapan malam yang hitam kelam. Ia berhasil menyusup ke jantung
pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah anggota pasukan mereka.
Belum lama berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu
Sufyan memberi komando.
"Hai,
pasukan Quraisy, dengarkan aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku
sangat khawatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdengar
oleh Muhammad. Karena itu, telitilah lebih dahulu setiap orang yang
berada di samping kalian masing-masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, "Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si Fulan."
Sesudah
dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, "Hai, pasukan
Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini
lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani
Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita
dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian
sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan
berangkat."
Selesai
berkata demikian, Abu Sufyan kemudian mendekati untanya, melepaskan
tali penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu
Sufyan langsung berangkat. Seandainya Rasulullah tidak melarangnya
melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada
beliau, tentu ia akan membunuh Abu Sufyan dengan pedangnya.
Hudzaifah
Ibnul Yaman sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai
orang-orang munafik selama hidupnya, sampai kepada seorang khalifah
sekali pun. Bahkan Khalifah Umar bin Khathtab, jika ada orang Muslim
yang meninggal, dia bertanya, "Apakah Hudzaifah turut menyalatkan
jenazah orang itu?" Jika mereka menjawab, "Ada," Umar turut
menyalatkannya.
Suatu ketika, Khalifah Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?"
"Ada seorang," jawab Hudzaifah.
"Tolong tunjukkan kepadaku siapa?" kata Umar.
Hudzaifah menjawab, "Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Walau
demikian, amat sedikit orang yang mengetahui bahwa Hudzaifah Ibnul
Yaman sesungguhnya adalah pahlawan penakluk Nahawand, Dainawar,
Hamadzan, dan Rai. Dia membebaskan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin
dari genggaman kekuasaan Persia. Hudzaifah juga termasuk tokoh yang
memprakarsai keseragaman mushaf Alquran, sesudah kitabullah itu beraneka
ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.
Ketika
Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat
datang mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada
mereka,"Pukul berapa sekarang?"
Mereka menjawab, "Sudah dekat Subuh."
Hudzaifah berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka."
Ia bertanya kembali, "Adakah kalian membawa kafan?"
Mereka menjawab, "Ada."
Hudzaifah
berkata, "Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam
penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih
baik. Dan jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan
menanggalkan kafan itu dari tubuhku."
Sesudah
itu dia berdoa kepada Allah, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku
lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah,
aku lebih suka mati daripada hidup."
Sesudah
berdoa demikian, ruhnya pun pergi menghadap Ilahi. Seorang kekasih
Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan. Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya.
sumber : republika