Mengupas Kebiasaan Dua Tokoh Besar |
LEDMA Al-Farabi - KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari adalah dua sosok pribadi melegenda di tanah jawa. Pejuang yang berkontribusi penting terhadap bersatu dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain menjadi pejuang, mereka adalah tokoh perintis pendiri dua organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Memang, kedua figure hebat ini penuh dengan inspiratif, patut menjadi tauladan bagi khalayak umum.
Sejarah dan keistimewaan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy`ari terungkap dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya, sejak kecil hingga menjelang wafatnya. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang kemudian membentuk karakter dan ketokohan sang kiai. Buku ini mengungkap secara lengkap perjalanan hidup dan kebiasaan-kebiasaan kedua kiai karismatik ini, yang tak akan Anda dapatkan dari buku lainnya.
Kehidupan mereka tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun, mereka adalah anak Priyayi atau Kiai, untuk menyambung hidup mereka tidak berpangku tangan dengan orang lain. Untuk menafkahi keluarganya, KH. Ahmad Dahlan tidak bergantung pada siapa pun. Sejak kecil, ia telah diajari hidup mandiri oleh keluarganya. Karena itu, tidak heran ketika pun ia berkeluarga, ia mencoba mencari peruntungan dengan berdagang. Berdagang menjadi salah satu kebiasaan sehari-hari KH. Ahmad Dahlan selain berdakwah. Dagangan yang dibawa KH. Ahmad Dahlan biasanya kain batik. (hal. 85)
Di sela-sela waktu mengajar yang padat, di waktu-waktu senggang ketika tidak ada tamu, di sela-sela kegiatannya mengaji kitab dan menuliskannya kembali, KH. Hasyim Asy`ari tetap bersikap seperti umumnya manusia biasa yang bekerja untuk memberi nafkah kepada keluarga. Terbiasa pergi ke sawah dan ladangnya. Salah satu tujuannya adalah untuk memastikan tanaman dan budidaya ikannya dalam keadaan baik. Bagi KH. Hasyim Asy`ari memiliki usaha yang dikelola sendiri tidak menciderai perjuangan untuk mendidik umat, karena bekerja sendiri adalah perintah Islam juga. (hal. 249)
Dalam hal bersosial dengan sekitar, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy`ari rupanya ada keseragaman. Kepribadian KH. Ahmad Dahlan yang supel, ramah, aktif, dermawan, dan suka menolong semakin mendorong kebiasaan dalam dirinya untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain. Tidak salah kiranya bila silaturahim menjadi arena mempererat tali persaudaraan sangat disukai oleh KH. Ahmad Dahlan. Sebagai seorang ulama dan organisatoris, KH. Ahmad Dahlan tidak canggung untuk menyapa dan mengunjungi orang lain. (hal. 133) Bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam yang diyakini kebenarannya. Sebaliknya, ia juga menyikapi perbedaan dengan mata jernih. Islam mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan. (hal. 158)
Salah satu kebiasaan KH. Hasyim Asy`ari selama menjadi pengasuh adalah silaturahim dengan tetangga dekat pesantren. Kebiasaan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap berdirinya pesantren, serta misi utama dakwah Islamiyah yang memang menjadi tanggung jawab yang diambil sejak mula-mula mendirikan pesantren Tebuireng. Silaturahim dipilih oleh KH. Hasyim Asy`ari sebagai salah satu metode mengakrabkan diri dan pesantren terhadap masyarakat yang saat itu masih awam dan bergelimang kemaksiatan. (hal. 261)
Itulah dua bagian besar secara sekilas. Bagian pertama membahas kebiasaan-kebiasaan KH. Ahmad Dahlan, dan bagian kedua membahas kebiasaan-kebiasaan KH. Hasyim Asy`ari selaku manusia biasa maupun ketika menjadi pemimpin masyarakat dan pemimpin organisasi.