Muslimah dan Jihad
Oleh: Ima Sumiati, S.Pd (Alumni LEDMA Al-Farabi)
Muslimah yang baik itu adalah yang kalem, suaranya lembut, pemalu, sifatnya halus plus gak pernah marah-marah’. Sering banget kalimat itu terlontarkan dari teman-teman kita bahkan ada juga lho yang datang dari ikhwan (teman cowok). Benarkah demikian? Dibilang salah juga tidak. Memang demikian sifat yang ada pada sosok kaum hawa. Ya, meski terkadang ada sosok muslimah tampil dengan sifatnya yang cenderung ‘kasar’.
Sedikit kita menilik bagaimana sosok, peran, dan kiprah para muslimah yang hidup dizaman Nabi Muhammad SAW serta dimasa keemasannya hingga pada akhirnya tinggallah memoar yang terlupakan. Seorang muslimah bernama Khaulah binti Al Azwar yang mengikuti peperangan disaat Romawi menawan saudara laki-lakinya Dhirar bin Al Azwar yang merupakan salah satu pejuang dalam Islam. Saat itu, Khaulah binti Al Azwar mengenakan pakaian penunggang kuda dan bercadar serta mengambil posisi ditengah-tengah pasukan perang untuk ikut menyerang musuh.
Seketika perangpun berkecamuk, kaum muslimin melihat ada sosok penunggang kuda yang mengenakan cadar tak terlihat wajahnya selain mata serta tangannya yang memegang tombak. Terlihat penunggang kuda bercadarpun masuk ke tengah-tengah pasukan musuh dengan penuh semangat dan pemberani yang mereka tidak pernah melihat sebelumnya. Sosok tersebut begitu luarbiasa seakan-akan seperti sosok Khalid bin Walid ra.
Namun, tiba-tiba kaum muslimin melihat bahwa Khalid bin Walid ra berda di sisi yang lain, maka semakin bertambah kekaguman mereka akan sosok penunggang kuda yang mengenakan cadar tersebut. Merekapun saling bertanya akan siapa sebenarnya sosok penunggang kuda bercadar. Kemudian Khalid bin Walid ra berkata: Demi Allah, akupun takjub seperti halnya kalian akan sosok tersebut yang begitu pemberani.
Kemudian Khalid bin Walidpun menyampaikan dengan suara yang lantang: "Berperanglah kalian begitupun dengan sosok penunggang kuda tersebut hingga porak-poranda barisan musuh". Ketika perang berakhir, sosok penunggang kuda tersebut keluar dari kerumunan kaum muslimin. Dan merekapun kembali bertanya tentangnya.
Kaum muslimin justru semakin penasaran ketika penunggang kuda bercadar tersebut menjauh. Kemudian Khalid berkata: "Siapakah engkau wahai penunggang kuda bercadar?", "Tunjukkan kepada kami akan dirimu yang sebenarnya". Sesungguhnya apa yang engkau lakukan membuatku serta kaum muslimin sibuk mencari tahu akan engkau. "Siapakah engkau?".
Ketika Khalid mengulanggi pertanyaanya, sosok tersebut berkata: "Sesungguhnya tidaklah aku menjauh dari engkau wahai Khalid kecuali karena aku malu dari engkau. Aku Khaulah binti Al Azwar saudara Dhirar yang tertawan oleh kaum musyrikin".
Khalid pun berkata: "Keberkahan atas engkau wahai Khaulah binti Al Azwar. Demi Allah, tidak ada berperang seperti engkau"! Lantas bagaimana dengan kondisi muslimah saat ini? Di zaman yang penuh dengan gejolak syahwat, tak sedikit dari para muslimah yang merupakan generasi peradaban ikut tergerus dalam keterpurukan.
Berbeda dengan Khaulah binti Al Azwar, banyak muslimah saat ini yang gemar memasukkan dirinya dengan 'ikhlas' dalam pergaulan yang justru merusak kemuliaannya. Meski Khaulah binti Al Azwar ikut dalam peperangan, akan tetapi beliau tetap bisa menjaga dirinya dengan menjauh dari barisan kaum muslimin usai perang. Bukan ikut nimbrung. Malu.
Memang benar, tidak salah jikalau perempuan terlebih muslimah memiliki sifat lembut, pemalu akan tetapi hendaklah ia mampu menempatkan dimana sifat 'malu' itu ditempatkan. Ketika seorang muslimah melihat kondisi lingkungan yang rusak, salah jika ia malu untuk menyampaikan kebenaran.
Marah itupun adalah fitrah bagi manusia. Laki-laki maupun perempuan. Marah harus dimiliki oleh seorang muslimah ketika ia melihat kemungkaran, itulah yang disebut marah yang ramah. Artinya ia tidak akan tinggal diam ketika melihat kemungkaran merajalela di lingkungannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يقول: من رأى منكم منكرا فليغيّره بيده, فإن لم يستطع فبلسانه, فإن لم يستطع فبقلبه, وذلك أضعف الإيمان. رواه مسلم.
“Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra berkata: Nabi saw bersabda, barangsiapa dari kalian melihat kemunkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka dengan lisannya, apabila ia tidak mampu maka dengan hatinya. Dan hal itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Begitulah sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslimah. Ia memiliki sifat yang lembut sebagaimana fitrahnya pun ia juga harus memiliki sifat yang tegas dan pemberani dalam bersikap. Karena saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah dari yang munkar bukan sekedar tanggungjawab kaum laki-laki. Serta bukan menjadi muslimah yang lemah dalam bersikap. Iapun juga harus berilmu sebagimana kaum adam.
Sudah selayaknya kita sebagai muslimah menjadi sosok yang juga memiliki peran penting bagi 'risalah' ini. Muslimah yang mampu berjuang, berjihad di jalan Allah swt sehingga kita bisa merasakan bagaimana manisnya hidup dalam naungan Islam.
May, we're able 2 be in the next Khaulah binti Al Azwar. Insyaallah.