Mari belajar kemuliaan akhlak kepada dua imam agung ini. Sosok pertama adalah sang penulis kitab Sunan, Imam Ahmad bin Hanbal, yang kelak harus merasakan pahitnya siksaan rezim penguasa lantaran membela al-Qur’an al-Karim. Sedangkan sosok kedua adalah imam yang berjuluk Nashirus Sunnah, penulis al-Umm, dan madzhabnya menjadi mayoritas di negeri ini, Imam asy-Syafi’i.
Terkisahkan, Imam asy-Syafi’i bergegas mengunjungi kediaman Imam Ahmad bin Hanbal. Bukannya mendukung, sebagian pengikut Imam asy-Syafi’i justru mencegah, “Bukankah engkau cukup duduk manis dan menunggu Ahmad datang kepadamu?” Menurut mereka, Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid Imam asy-Syafi’i berdasarkan kedalaman ilmu keduanya, sesuai pengamatan pendek mereka.
“Semua kemuliaan ada pada Ahmad,” jawab Imam asy-Syafi’i sembari bersyair. Lanjut salah satu murid terbaik Imam Malik bin Anas ini, “Jika dia mengunjungiku, itu kemurahan hatinya. Jika aku mengunjunginya, itu sebab keutamaannya.”
Bukankah ini teladan yang amat nyata dan jarang dijumpai di zaman ini? Bahkan, ada yang saking merasa pandai dan shalihnya, amat membanggakan imamnya sebagai sosok terbaik, lalu berupaya mendiskreditkan dan mengkritik imam lainnya secara membabi buta. Padahal, imam mereka tidak berlaku demikian.
Pada hari berikutnya, Imam Ahmad bin Hanbal pun berjalan tanpa alas kaki demi menyambut kedatangan Imam asy-Syafi’i. lalu dengan amat santun, sang tuan rumah menuntun kendaraan sang tamu dari gerbang kota menuju masjid Jami’ al-Manshur. Demi melihat itu, sebagaimana dikisahkan oleh Salim A. Fillah, “Yahya bin Ma’in menegur Imam Ahmad yang dianggapnya merendahkan ilmu haditsnya yang mulia.”
Maka Yahya bin Ma’in pun berkata kepada Shalih bin Ahmad bin Hanbal yang merupakan salah satu muridnya. Katanya kepada Shalih, “Sampaikan kepada ayahmu; sungguh tidak patut dia merendahkan ilmunya dengan cara seperti itu.”
Sesampainya di rumah, dan Shalih menyampaikan pesan sang guru kepada ayahnya, Imam Ahmad bin Hanbal membalas, “Katakan kepada gurumu, ‘Sungguh, aku berada dalam kemuliaan, yang jika dia menginginkan keluhuran serupa, mari bergabung bersama. Akan kutuntun keledai asy-Syafi’i di sebelah kiri, dan silakan dia menuntutnnya dari sebelah kanan.’” Pungkas Imam Ahmad sebagaimana dinukil Salim A. Fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahan, “Ini, sungguh merupakan adab yang dituntunkan.”
Dalam kisah-kisah selanjutnya, kita semakin takjub dengan akhlak kedua imam agung ini. Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal disebutkan tidak pernah lupa mendoakan Imam asy-Syafi’i selama 40 tahun, dan menyebutnya sebagai mentari bagi siang dan obat bagi penyakit.
Sedangkan Imam asy-Syafi’i menaruh hormat kepada Imam Ahmad bin Hanbal dan menganggapnya sebagai sosok yang lebih memahami hadits Iraq dan Syam. Asy-Syafi’i juga memuji Imam Ahmad dengan mengatakan, “Sahabat yang kuat hafalan lagi terpercaya.”
Ah, kita dan mereka memang amat jauh berbeda. Lebih jauh jarak perbedaannya dari langit ketujuh dan bumi ketujuh.
Sumber : http://kisahikmah.com/