Akhir-akhir ini banyak beredar pemahaman syubhat tentang rezeki yang melanda sebagian besar kaum Muslimin. Meski bermasalah jika dilihat dari banyak sudut pandang, terutama tauhid, syubhat pemahaman ini beredar luas karena dipasarkan oleh beberapa oknum dengan tampilan mirip ustadz, padahal ia hanya seorang artis.
Tak bisa dipungkiri, pemahaman syubhat ini banyak menimbulkan kesalahan, baik dalam tingkat pribadi maupun komunitas. Tingkat kesalahan pun beragam, dari yang sederhana hingga yang besar dan melembaga.
Padahal, tema rezeki ini sudah selesai sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim, sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, para sahabat, dan generasi terbaik setelahnya dari kalangan tabi’in, pengikutnya, dan ulama-ulama yang amat besar kadar ketakutannya kepada Allah Ta’ala.
Salah satu nasihat tentang rezeki yang seharusnya Anda baca dan amalkan, adalah kalimat indah yang keluar dari salah satu sufi besar ini. Sosok yang bersih hati dan peka nuraninya ini menyampaikan bulir-bulir penyejuk kalbu agar kaum Muslimin tidak galau karena masalah rezeki.
Adalah Imam al-Harits al-Muhassibi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam Risalah al-Mustarsyidin, “Jangan pernah memaksakan diri untuk mencari apa yang telah dicukupkan untukmu. Jangan pernah menelantarkan apa yang menjadi tugasmu untuk kau cari. Butuhlah kepada Allah Ta’ala dalam setiap pemberian-Nya. Berharaplah keselamatan dari apa yang telah Dia berikan.”
Jangan pernah bertindak konyol dengan bersusah payah mengejar rezeki karena pengaruh ustadz motivator atau ustadz artis mana pun. Sebab sehebat apa pun usaha yang Anda lakukan, rezeki yang Anda dapatkan hanya sebesar yang telah ditaqdirkan untuk Anda. Tidak akan pernah lebih, tidak pula berkurang.
Anda hanya diperintah untuk membaguskan usaha dengan memperhatikan halal dan haram.
Pasalnya, usaha yang berlebihan dalam menggapai rezeki membuat sebagian besar kaum Muslimin melalaikan kewajiban yang utama. Mereka mengejar sesuatu yang sudah ditetapkan, tapi lalai dari tugas utama sebagai hamba Allah Ta’ala untuk senantiasa menghambakan diri kepada-Nya.
Karena meeting, lupa shalat. Bertemu dan melayani pembeli, lalai dari ngaji. Lantaran sibuk survei lokasi baru dan dagangan teranyar, al-Qur’an tidak disentuh, dan tindakan-tindakan konyol lainnya.
Perhatikan ini dengan baik. Rezeki itu terjamin. Tapi ibadah adalah kewajiban lain yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan. Bahkan, Allah Ta’ala mencurahkan rezeki kepada seorang hamba yang sibuk beribadah kepada-Nya.
Wallahu a’lam. [Pirman]
Sumber : http://kisahikmah.com/